Di dalam sejarah manusia,
Seringkali manusia mempertanyakan tentang dirinya.
"man arofa nafsahu faqod arofa robbahu"
Siapakah dirinya ?
Darimanakah dirinya berasal ?
Untuk tujuan apakah hidup di dunia ini ?
Kemanakah nanti dirinya setelah mati ?
Dan seabreg pertanyaan-pertanyaan lain yang rumit bin sulit untuk dijawab.
Sudah ribuan judul dan jilid kitab-kitab -dari kitab kuning hingga kitab putih- yang berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.
Sudah ratusan mujtahid-mujtahid, mujaddid-mujaddin, bahkan filosof-filosof yang mencoba menjawabnya.
Dan tidak sedikit pula yang kemudian tahu...
Bahwa tak dapat tidak haruslah ditempuh melalui laku,
Bukan hanya cukup melalui membaca buku.
Dan tidak sedikit pula yang kemudian mengerti...
Bahwa tidak mungkin untuk ditempuh melalui teori-teori,
Melainkan harus dijalani, untuk kemudian dicoba dan diuji.
Mutiara Hati adalah sarana dialog, dari hati ke hati dengan mengkombinasikan (dan meningkatkan) kekuatan Pemikiran dan Perasaan yang sudah diberikan oleh Allah 'Azza wa Jalla sebagai Cahaya-cahaya yang menyinari.
Mutiara Hati hanyalah sebagai wadah, bagi pertanyaan-pertanyaan yang ditemui dalam Perjalanan seorang Insan yang dhaif dan naif menuju Allah Subhanahu wa Ta'ala,
Mutiara Hati hanyalah sebagai wadah, bagi pertanyaan-pertanyaan yang ditemui dalam Perjalanan seorang Insan yang dhaif dan naif menuju Allah Subhanahu wa Ta'ala,
Maka perhatikanlah...
Jikalau ingin memperoleh buah yang lezat.
Panjatlah sampai ke dahan, petiklah diam-diam.
Jikalau ingin memperoleh hikmah yang padat.
Bacalah pelan-pelan, renungkanlah dalam-dalam.
Dan mungkin hanyalah bercerita tentang sesuatu, yang perlu diuji dan teruji kebenarannya.
Maka ingatlah...
Jangan terburu-buru ditelan meski manis adanya,
Siapa tahu itu racun yang dibungkus dengan madu.
Jangan terburu-buru dimuntahkan meski pahit adanya,
Siapa tahu itu adalah obat yang membantu.
Tiada harapan lain, Kecuali Ridha-Nya.
"yaa illahi antal maksudi wa ridhaka mathlubi"
-Salam Pembebasan with Love-
Kang Alfan 'TheInspirator'
Kang Alfan 'TheInspirator'
Bagaimana . . . . .
jikalau kenyataan yang ada tidak sesuai dengan keinginan kita ?!?
Bagaimana . . . . .
jikalau yang terjadi tidak sesuai dengan harapan kita ?!?
Bagaimana . . . . .
jikalau Cinta harus bertekuk lutut dihadapan Realita ?!?
Ketika tapak-tapak kaki semakin jauh melangkah,
Ketika pandangan semakin meluas,
Ketika pendengaran semakin tak terbatas,
mengapakah mesti ada cakrawala ?
mengapakah mesti ada senja ?
mengapakah mesti ada ujung dunia ?
Nuh as bergumam dalam diam melihat istri dan anaknya tenggelam ditelan ombak lautan , , ,
Yusuf as merenung dalam diam melihat saudara-saudaranya berlaku culas , , ,
Isa as tertunduk dalam diam menyaksikan sang murid berkhianat , , ,
Muhammad saw berduka dalam diam setelah meninggalnya Sayyidah Khadijah ra . . .
Namun . . . . .
Perjalanan tetap dan terus berjalan, perjuangan tetap dan terus berlanjut.
Bila kita berhenti berjalan, maka kita akan ketinggalan.
Bila kita berhenti berjuang, maka kita akan mengalami kerugian.
Maka ketahuilah . . . . .
Demi takluknya kota Roma yang dijanjikan,
al-Liwa' dan ar-Roya telah mulai berkibar dan dikibarkan,
di seluruh pelosok dunia: Eropa, Amerika, Australia, Asia, dan Afrika.
Berdasar kain warna Hitam dan Putih,
terbaca tulisan dalam langgam kaligrafi,
"Laa Ilaaha Illallah, Muhammadur Rasulullah"
Tapi, coba bayangkan . . . . .
Bagaimana seandainya Nuh as berhenti berdakwah sebab anak dan istrinya tidak mau taat kepadanya ?
Bagaimana seandainya Yusuf as berhenti berjuang sebab dicurangi saudara-saudaranya ?
Bagaimana seandainya Isa as berhenti menebar kasih sayang sebab Yudas yang berkhianat ?
Bagaimana seandainya Muhammad saw berhenti berdakwah sebab Sayyidah Khadijah ra meninggal ?
Lalu,
bagaimana seandainya kenyataan berbeda dengan kemauan kita ?
Apakah harus menyesal dan berkata , , ,
Ia tidak sebaik yang kukira;
Ini tak seburuk yang kusangka;
Itu tak semudah yang kuduga; atau
hu...hu...hu...hu...hu...hu...hu...
Jangan . . . . .
Itu bukan sikap seorang Hamilud Dakwah,
tapi -sebagai Hamilud Dakwah- katakan pada Realita,
"Aku menerimamu apa adanya, dan segalanya yang ada padamu.
Asalkan kamu tidak menghalangi perjalananku,
dan tidak menghambat perjuanganku"
*titik*