Pernahkah... Pernahkah...
Pernahkah kau merasa begitu kesepian,
karena merindukan seseorang!
Pernahkah... Pernahkah...
Pernahkah kau jatuh cinta pada seseorang,
dan bahkan tak bisa memberitahukannya.
yang bisa kau lakukan hanya menyimpannya rapi dalam hati.
Saat kau berdiri, hatimu bergetar!
Wahai Ukhti, maukah kuberitahukan padamu bagaimana mencintai dengan indah? Inginkah ku bisikkan padamu bagaimana mencintai dengan syahdu? Maka hayatilah...
Pernahkah kau merasa begitu kesepian,
karena merindukan seseorang!
Pernahkah... Pernahkah...
Pernahkah kau jatuh cinta pada seseorang,
dan bahkan tak bisa memberitahukannya.
yang bisa kau lakukan hanya menyimpannya rapi dalam hati.
Saat kau berdiri, hatimu bergetar!
Wahai Ukhti, maukah kuberitahukan padamu bagaimana mencintai dengan indah? Inginkah ku bisikkan padamu bagaimana mencintai dengan syahdu? Maka hayatilah...
Ukhti, Saat ku jatuh cinta... Jangan kau berucap. Jangan kau berkata. Namun kau hanya perlu diam! Saat kau mencintai, jangan pernah kau menyatakan. Jangan kau menggoreskan. Yang harus kau lakukan hanyalah diam!
Aku tahu, cinta adalah Fitrah. Sebuah anugerah tak terperih. Karena cinta adalah Kehidupan. Karena rasa itu adalah Cahaya. Aku tahu, hidup tanpa cinta, bagaikan hidup dalam gelap gulita. Namun, saat rasa itu menyapa, maka hadapilah dengan anggun. Karena rasa itu ibarat belenggu pelangi, dengan begitu banyak warna. Cinta terkadang membuatmu bahagia, namun tak jarang membuatmu menderita. Cinta ada kalanya manis bagaikan gula. Namun juga mampu memberi pahit yang sangat getir. Cinta adalah perangkap rasa. Sekali kau salah berlaku, maka kau akan terkungkung dalam waktu yang lama dalam lingkaran derita.
Maka Ukhti, agar kau dapat keluar dari belenggu itu. Dan mampu melaluinya dengan anggun. Maka mencintailah dalam hening. Dalam diam. Tak perlu kau lari, tak perlu kau hindari. Namun juga, jangan kau sikapi dengan berlebihan. Jangan kau umbar rasamu. Jangan kau tumpahkan segala sukamu.
Cobalah merenung sejenak dan pikirkan dengan tenang. Kita percaya takdir, 'kan? Kita tahu dengan sangat jelas. Allah telah mengatur segalanya dengan begitu rapinya. Jadi, apa yang kau risaukan? Biarkan Allah yang mengaturnya. Dan yakinlah di tangan-Nya semua akan baik-baik saja. Cobalah Renungkan... Dia yang kau cinta, belum tentu atau mungkin tak akan pernah menjadi milikmu. Dia yang kau puja, yang kau ingat saat siang dan yang kau tangisi ketika malam, akankah dia yang telah Allah takdirkan denganmu?
Ukhti, kita tak tahu dan tak akan pernah tahu. Hingga saatnya tiba. Maka, aku hanya sekedar ingatkan padamu, tidakkah kau malu jika semua rasa telah kau umbar. Namun ternyata kelak bukan kau yg dia pilih untuk mendampingi hidupnya? Ukhti, karena cinta kita terlalu agung untuk di umbar. Begitu mulia untuk di tampakkan. Begitu sakral untuk di tumpahkan. Dan sadarilah Ukhti, fitrah wanita adalah pemalu. Dan kau indah karena sifat malumu. Lalu, masihkah kau tampak menawan jika rasa malu itu telah di nafikan? Masihkah kau tampak bercahaya jika malu itu telah kau singkap?
Wahai Ukhti, jadikan malu sebagai selendangmu. Maka tawan hatimu sendiri dalam sangkar keimanan. Dalam jeruji kesetiaan. Yah.. Kesetiaan padanya yg telah Allah tuliskan namamu dan namanya di Lauhul Mahfudzh, jauh sebelum bumi dan langit diciptakan. Maka cintailah dalam hening. Agar jika memang bukan dia yg ditakdirkan untukmu, maka cukuplah Allah dan kau yg tahu segala rasamu.
Agar kesucianmu tetap terjaga. Agar keanggunanmu tetap terbias. Maka, ku beritahukan padamu. Pegang kendali hatimu, jangan kau lepaskan. Acuhkan semua godaan yg menghampirimu. Cinta bukan untuk kau hancurkan, bukan untuk kau musnahkan. Namun cinta hanya butuh kau kendalikan, hanya cukup kau arahkan.
Ukhti... yg kau butuhkan hanya waktu, sabar dan percaya. Maka, peganglah kendali hatimu. Lalu, arahkan pada-Nya. Dan Cintailah dalam DIAM. Dalam HENING. Itu jauh lebih INDAH. Jauh lebih SUCI. Wallahu a'lam bish-bishowab...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar