Angin berhembus semilir ketika pribadi anggun hinggap di dalam dahan hati, menyentuh kulit ari, dan menembus dinding-dinding batu penjaga samudera kalbu, menggetarkan tembok jiwa, dan mengguncangkan lautan diri.
Siiirrrrrrr.....!!!!!
Diriku gugup sehingga tak berani aku melihat sesuatu yang kuinginkan, lisanku gagap sehingga aku tak punya nyali untuk menyampaikan sesuatu.
Siiirrrrrrr....!!!!!
Kelebatan bayangan Gibran memandang Selma dengan mata berkaca-kaca, seolah menjadi bayangan diri kala melihat dia. Jari Jemari takdir telah menggerakkan benang-benang nasib di tubuhku, seperti panggung opera boneka di Eropa, bagaimana bisa aku berpaling darinya? Sampan di dayung lembut mengalir melalui sungai-sungai venesia, kereta kuda berketipak ketipuk, berjalan perlahan melalui taman-taman London, cahaya rembulan menyinari jalan-jalan yang terlalui. Senandung lembut musik Bethooven mengantarkan hangatnya sang cahaya, berjumpa dengan dentingan Chopin menyinari wajah kota-kota, dan nada-nada Bach menggandengkan hati-hati yang berbahagia.
Gibran berkata,
"Cinta adalah cahaya, yang ditulis dengan cahaya, di atas kota yang bercahaya"
Sungguh... Malam itu begitu menggetarkan, begitu mencemaskan, begitu menegangkan, begitu menakutkan, tapi juga begitu membahagiakan. Ampuni aku, Yaa Allah, yang telah mencoba menenggelamkan diriku sendiri di dalam lautan cinta karena-Mu, dan bukan mengikuti kehendak-Mu untuk tenggelam dalam samudra cinta karena-Mu.
Ramuan chemistry mulai disenyawakan, Magnesium sudah merubah dirinya menjadi Aurum, Iodium menyebar merata dan membasahi permukaan hati di atas Mata Air 'Air Mata'. Kebahagiaan orang lain adalah kebahagiaanku, dan memang kebahagiaan yang sejati adalah yang membahagiakan.
Apa yang engkau inginkan, wahai mawar hatiku? tak rela berpisah denganku? baik, akan aku berikan... Apa yang engkau inginkan, wahai mawar hatiku? ingin segera berpisah denganku? baik, aku akan melangkahkan kaki menjauhi taman-taman mawar ini, dan tak usah kau khawatirkan bahwa satu waktu aku akan kembali. Semua sudah menjadi catatan sang Takdir, ketika Zulaikha merobek baju Yusuf yang dicintainya. Dan ketika satu waktu, Yusuf pun merobek baju Zulaikha yang dicintainya. Pedang cinta yang bermata dua telah berbicara, Tak lagi Zulaikha yang bersenandung nama Yusuf, Tak lagi Zulaikha yang tetap dalam mendambakan Yusuf. Apalah yang diharapkan seorang pecinta, kalau tidak bersama kekasihnya? Pedulikah ia selain dari yang dicinta?
Majnun bersenandung menyebut-nyebut nama Laila, dedaunan di sekitarnya ditulisi nama Laila. Di kejauhan, Laila hanya terdiam, tertunduk, dan menutup rapat-rapat mulutnya yang mungil dan ia bergumam dalam hati.
"Lebih baik diam membawa penderitaan cinta.."
"Lebih baik diam membawa kebahagiaan cinta"
"AAAAAAaaaaaaaaaaa.........!!!!??!!!"
Teriakan membahana di relung sukma....
Yaa Ilahi...!!!
Jikalau Api telah menolak untuk membakar tubuhku.....
Jikalau Air tak mau lagi membasahi diriku...
Jikalau Tanah tak sudi lagi memelukku di dalam kubur...
Jikalau Udara tak mau lagi kuhirup menjadi nafasku....
Dan jikalau mawar hatiku telah melukaiku dengan durinya...
Siapakah lagi yang akan menerima diriku kalau itu bukan DIRIMU, Yaa ALLAH ??? Cintaku dari-Mu, oleh-Mu, untuk-Mu, dan karena-Mu. Allahu Akbar...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar