Curiga yang menerpa jiwa, seringkali membuat komitmen kita porak-poranda. Curiga yang membara, kerap kali membuat kita berburuk sangka. Rumah tangga yang dulunya sejahtera, karena ada curiga yang menyapa, menjadi sumber prahara. Curiga datang menghampiri kita bukan karena tidak adanya cinta, tapi curiga datang karena kita terlalu cinta. Sebagai seorang muslim, tak seharusnya curiga bersemayam dalam dada. Oleh karenanya, hindarilah sifat curiga karena ia adalah pengerat cinta, jauhilah sifat curiga karena ia akan membuat kita jauh dari cahaya Sang Pencipta.
Kita seharusnya tidak punya waktu untuk menaruh curiga pada keluarga, kolega, dan bahkan pada belahan jiwa (nantinya), meski ada gosip-gosip yang menyesakkan dada. Kita pasrahkan saja semuanya pada Allah ‘Azza wa Jalla. Kita tidak menaruh curiga bukan karena kita tak cinta, tapi karena kita cinta. Di berbagai media diberitakan tak sedikit pasangan yang berpisah karena salah sangka, disamping banyak pula pasangan yang hancur gara-gara saling curiga.
Sobat Mutiara Hati yang dimuliakan Allah, mungkin diantara kita ada yang bertanya dalam hati, “Bagaimana caranya menghapus noktah-noktah curiga di dalam dada?”, “Bagaimana seandainya dia tak setia?”, dan sejenisnya. Telah menjadi rahasia umum jikalau kita semua menginginkan pasangan hidup yang setia, tapi yang seringkali kita lupakan adalah persepsi kita terhadap pasangan kita. Saya berani menjamin bahwa takkan pernah ada seorang pun yang setia di muka bumi ini, jikalau kita tak pernah percaya padanya. Ya, setia ada karena ada percaya. Dan perlu diketahui, curiga adalah lawan daripada percaya. Seperti yang saya katakan diawal bahwa 'Curiga datang menghampiri kita bukan karena tidak adanya cinta, tapi curiga datang karena kita terlalu cinta'. Kenapa 'terlalu cinta' bisa menimbulkan 'curiga'? itu karena di dalam diri kita tidak ada 'rasa percaya pada mereka. Jadi, retaknya sebuah ikatan/hubungan adalah berawal dari bukan karena tidak adanya 'cinta' tetapi tidak adanya 'percaya'. Dan hancurnya sebuah ikatan/hubungan adalah juga bukan karena tidak adanya cinta tetapi karena menjelmanya ‘percaya’ menjadi 'curiga'.
Memang, seharusnya cinta itu sinergis dengan ‘percaya’, tapi karena cinta kita yang kotor akibat ada niat-niat selain 'karena Allah' saat menyatakan cinta, maka ‘percaya’ berubah menjadi curiga. Bagi kita yang telah berumah tangga atau yang masih belum, luruskan niat, agar percaya tidak berubah menjadi curiga. Katakan pada belahan jiwa yang telah kita pilih, “Aku mencintaimu karena aku percaya padamu, dan aku percaya padamu karena aku yakin kamu akan setia”.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar