Cinta kan selalu ada
Ditiap awal kita membuka mata
Ditiap akhir kita menutup masa
Karena cinta hal terindah yang pernah ada
Yang dianugerahkan oleh Sang Pencipta
Kepada kita, umat manusia
Kepada mereka, bangsa flora dan fauna
Bagai kata dengan awal yang sempurna
Bagai cerita dengan akhir yang bahagia
Cinta, satu kata sejuta makna.
Cinta, satu frasa sejuta rasa.
Ditiap awal kita membuka mata
Ditiap akhir kita menutup masa
Karena cinta hal terindah yang pernah ada
Yang dianugerahkan oleh Sang Pencipta
Kepada kita, umat manusia
Kepada mereka, bangsa flora dan fauna
Bagai kata dengan awal yang sempurna
Bagai cerita dengan akhir yang bahagia
Cinta, satu kata sejuta makna.
Cinta, satu frasa sejuta rasa.
Alkisah, di suatu pulau kecil tinggallah berbagai macam benda-benda abstrak: ada cinta, kekayaan, kecantikan, kesedihan, kegembiraan, dan sebagai. Awalnya, mereka hidup berdampingan dengan harmonis dan saling melengkapi. Namun, suatu ketika datang badai menghempas pulau kecil itu, dan air laut tiba-tiba naik semakin tinggi dan akan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri. Cinta sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu, air makin naik membasahi kaki Cinta.
Tak lama berselang, Cinta melihat Kekayaan sedang naik kapal mewahnya. "Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!" teriak Cinta. Lalu, apa jawab Kekayaan? "Aduh! Maaf, Cinta!" kata Kekayaan, "Kapalku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tak dapat membawamu serta, nanti kapal ini tenggelam. Lagi pula tak ada tempat bagimu di kapalku ini." Lalu Kekayaan cepat-cepat menancap gas kapalnya pergi meninggalkan Cinta.
Cinta sedih sekali, namun kemudian dilihatnya Kegembiraan lewat dengan perahunya. "Kegembiraan! Kegembiraan! Tolong aku!" teriak Cinta. Namun apa yang terjadi? Kegembiraan terlalu senang karena ia menemukan perahu sehingga ia tuli. Ia tak mendengar teriakan Cinta.
Air semakin tinggi membasahi setengah tubuh Cinta, dan Cinta semakin panik. Tak lama kemudian lewatlah Kecantikan. "Kecantikan! Kecantikan! Bawalah aku bersamamu!" teriak Cinta. Lalu, apa jawab Kecantikan? "Wah, Cinta, kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu ikut. Nanti kamu mengotori perahuku yang indah ini," sahut Kecantikan.
Cinta sedih sekali mendengarnya. Cinta mulai menangis terisak-isak. Apa kesalahanku, mengapa semuanya melupakan aku, tak memperdulikanku? Saat itu lewatlah Kesedihan. Lalu Cinta memelas, "Oh, Kesedihan, bawalah aku bersamamu," kata Cinta. Lalu, apa kata Kesedihan, "Maaf, Cinta, aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja. Jangan membuatku tambah sedih karena kamu membebaniku...," kata Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya.
Cinta putus asa. Ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya. Cinta terus berharap kalau dirinya dapat diselamatkan. Lalu ia berdoa kepada Tuhan. "Oh, Tuhan, tolonglah daku, apa jadinya dunia tanpa daku, tanpa Cinta?"
Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara, "Cinta! Mari cepat naik ke perahuku!" Cinta menoleh ke arah suara itu dan melihat sesosok tua reyot yang sekujurnya memutih sedang mengayuh perahunya. Lalu, cepat-cepat Cinta naik perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya. Kemudian, di pulau terdekat, sesosok tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi lagi.
Pada saat itu barulah Cinta sadar bahwa ia sama sekali tidak mengenali siapa sesosok tua yang baik hati menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakannya kepada warga di pulau itu, siapa sebenarnya sesosok tua itu. "Oh, sesosok tua tadi? Dia adalah 'waktu'...", kata warga tersebut. Lalu cinta bertanya, "Tapi, mengapa ia menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya. Bahkan, teman-teman yang mengenalku pun enggan menolongku," tanya Cinta heran.
"Sebab", kata warga itu, "Hanya waktu-lah yang tahu betapa berharganya sebuah Cinta. Tidak ada arti atas Cinta, tapi Cinta sangat berarti. Sesuatu akan berarti apabila dia telah pergi, dan itu hanya waktu yang tahu."
Tak lama berselang, Cinta melihat Kekayaan sedang naik kapal mewahnya. "Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!" teriak Cinta. Lalu, apa jawab Kekayaan? "Aduh! Maaf, Cinta!" kata Kekayaan, "Kapalku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tak dapat membawamu serta, nanti kapal ini tenggelam. Lagi pula tak ada tempat bagimu di kapalku ini." Lalu Kekayaan cepat-cepat menancap gas kapalnya pergi meninggalkan Cinta.
Cinta sedih sekali, namun kemudian dilihatnya Kegembiraan lewat dengan perahunya. "Kegembiraan! Kegembiraan! Tolong aku!" teriak Cinta. Namun apa yang terjadi? Kegembiraan terlalu senang karena ia menemukan perahu sehingga ia tuli. Ia tak mendengar teriakan Cinta.
Air semakin tinggi membasahi setengah tubuh Cinta, dan Cinta semakin panik. Tak lama kemudian lewatlah Kecantikan. "Kecantikan! Kecantikan! Bawalah aku bersamamu!" teriak Cinta. Lalu, apa jawab Kecantikan? "Wah, Cinta, kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu ikut. Nanti kamu mengotori perahuku yang indah ini," sahut Kecantikan.
Cinta sedih sekali mendengarnya. Cinta mulai menangis terisak-isak. Apa kesalahanku, mengapa semuanya melupakan aku, tak memperdulikanku? Saat itu lewatlah Kesedihan. Lalu Cinta memelas, "Oh, Kesedihan, bawalah aku bersamamu," kata Cinta. Lalu, apa kata Kesedihan, "Maaf, Cinta, aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja. Jangan membuatku tambah sedih karena kamu membebaniku...," kata Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya.
Cinta putus asa. Ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya. Cinta terus berharap kalau dirinya dapat diselamatkan. Lalu ia berdoa kepada Tuhan. "Oh, Tuhan, tolonglah daku, apa jadinya dunia tanpa daku, tanpa Cinta?"
Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara, "Cinta! Mari cepat naik ke perahuku!" Cinta menoleh ke arah suara itu dan melihat sesosok tua reyot yang sekujurnya memutih sedang mengayuh perahunya. Lalu, cepat-cepat Cinta naik perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya. Kemudian, di pulau terdekat, sesosok tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi lagi.
Pada saat itu barulah Cinta sadar bahwa ia sama sekali tidak mengenali siapa sesosok tua yang baik hati menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakannya kepada warga di pulau itu, siapa sebenarnya sesosok tua itu. "Oh, sesosok tua tadi? Dia adalah 'waktu'...", kata warga tersebut. Lalu cinta bertanya, "Tapi, mengapa ia menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya. Bahkan, teman-teman yang mengenalku pun enggan menolongku," tanya Cinta heran.
"Sebab", kata warga itu, "Hanya waktu-lah yang tahu betapa berharganya sebuah Cinta. Tidak ada arti atas Cinta, tapi Cinta sangat berarti. Sesuatu akan berarti apabila dia telah pergi, dan itu hanya waktu yang tahu."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar