Kecantikan, itulah sebuah kata yang dikagumi pria sekaligus wanita. Bila dilihat pertumbuhan Industri kosmetika sebagai barometer, seberapa banyak uang yang dihabiskan untuk menjadi cantik? Sungguh, untuk terlihat cantik tidak bisa dikatakan murah dan mudah, lebih-lebih kalau di dalami lagi perilaku wanita untuk menjadi cantik, atau perilaku pria untuk mendapatkan wanita cantik. Namun, karena wanita (daripada pria) sebagai pelaku aktif, lebih sensitif dalam masalah Kecantikan. Sehingga wanita sinonim dengan kecantikan. Lalu, bagi wanita yang tidak cantik bagaimana?
Setiap yang Allah cipta pasti indah karena Allah itu Maha Indah dan suka pada keindahan. Tuhan tidak mencipta manusia jelek, Tuhan hanya menciptakan wanita dengan kecantikan yang berbeda. Jadi, intinya setiap wanita berhak untuk cantik!
Masalahnya, dimanakah letaknya kecantikan yang sebenarnya pada seorang wanita? Kalau kita tanyakan kepada para lelaki maka sudah pasti kita akan temui pelbagai jawaban. Ada yang merasakan kecantikan wanita itu pada wajah, pada bentuk tubuh, pada kebijaksanaan atau pada tingkah lakunya. Dan bagi yang menyatakan kecantikan pada wajah pun terbagi kepada pelbagai pandangan, ada yang mengatakan kecantikannya terletak pada hidung, pada mata dan sebagainya. Sehingga ada selentingan populer yang berbunyi, 'kecantikan itu relatif, tetapi kejelekan itu absolut'.
Terlepas benar ataukah salah selentingan tersebut, namun sebagai seorang Muslim, kita tentulah ada parameter tersendiri untuk menilai kecantikan. Kita tentunya mengukur kecantikan dengan parameter Islam. Dan tentu saja kecantikan yang menjadi penilaian Islam adalah lebih hakiki dan abadi. Misalnya, kalaulah kecantikan itu hanya terletak pada wajah, wajah itu lambat-laun akan dimakan usia. Ia hanya bersifat sementara. Apabila usia menua, kulit akan berkerut, dan tentu wajah tidak cantik lagi. Jadi ini bukan ukuran kecantikan yang sejati dan abadi.
Oleh karena itu, Mutiara Hati memperkenalkan konsep Cantik tanpa Kecantikan ini untuk engkau wahai Wanita Muslimah, baik yang rupawan maupun pas-pasan, agar menjadi cantik yang benar-benar cantik. Semangat berenang dan menyelam, tapi jangan sampai tenggelam.
Mata menilai kecantikan pada rupa.
Akal menilai pada kecerdasan.
Nafsu menilai pada bentuk tubuh.
Tetapi hati tentulah pada akhlak dan budi pekerti.
Akal menilai pada kecerdasan.
Nafsu menilai pada bentuk tubuh.
Tetapi hati tentulah pada akhlak dan budi pekerti.
Sebagai hamba Allah, kita seharusnya melihat kecantikan selaras dengan penilaian Allah atas keyakinan apa yang dinilai oleh-Nya lebih tepat dan benar-benar benar. Apakah kecantikan yang dimaksudkan itu? Kecantikan yang dimaksudkan ialah kecantikan budi pekerti atau akhlak. Itulah misi utama kedatangan Rasulullah SAW – untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Kecantikan akhlak jika ada pada seseorang, lebih kekal. Inilah kecantikan hakiki yang mengikuti penilaian Allah. Hancur badan dikandung tanah, budi baik di kenang juga. Malah akhlak yang baik juga sangat lebih disukai oleh hati manusia. Contohnya, kalaulah ada orang yang wajahnya saja cantik tetapi akhlaknya buruk, pasti dia akan dibenci dan bahkan dimaki.
Tatkala bunga-bunga layu, buah-buahnya pun bermunculan. Ketika kecantikan luar memudar, seketika itu juga tumbuh kecantikan dari dalam dengan sendirinya. Ini yang bisa menjelaskan orang yang mukanya biasa-biasa saja, tetapi hidupnya memancarkan cahaya-cahaya keteladanan.
Tidak semua orang mudah memahami konsep Cantik tanpa Kecantikan. Terutama mereka yang diperbudak habis-habisan oleh nafsu dan pikiran. Dan sedikit-sedikit meminta data serta fakta empiris. Untaian kalimat indah diatas, hanya akan memperpanjang daftar kebingungan. Namun bagi siapa saja yang terbiasa ber-akhlakul karimah, dan bersahabat akrab dengan Allah, tidak banyak kesulitan yang muncul untuk memahami. Tanpa perlu dipaksa, tanpa perlu mengada-ada, kecantikan muncul dengan sendirinya. Wallahu a'lam...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar