Kau yang tertulis untukku
Hanya bayangmu dalam semu
Hanya diamku dalam ragu
Menggumam mengingat indahmu terpaku
Diladang kata tentangmu
Kau yang tercipta untukku
Rasaku membisu kelabu
Seketika pun membiru terjernih sang bayu
Penuh harap akanmu
Yang tersemat dicakrawala waktu
Hanya bayangmu dalam semu
Hanya diamku dalam ragu
Menggumam mengingat indahmu terpaku
Diladang kata tentangmu
Kau yang tercipta untukku
Rasaku membisu kelabu
Seketika pun membiru terjernih sang bayu
Penuh harap akanmu
Yang tersemat dicakrawala waktu
Beberapa waktu yang lalu, kembali saya menemukan diri saya tengah duduk di antara para sahabat lama, dalam sebuah kesempatan reuni SMA, dengan sahabat yang telah banyak berubah sejak kami berpisah tahun 2008 lalu. Di sebuah kesempatan tertentu tersebut dengan sahabat yang tertentu pula, kami berbincang-bincang tentang banyak hal, sampai-sampai kami berbicara tentang jodoh. "Dalam al-Qur'an dinyatakan bahwa laki-laki yang baik itu untuk perempuan yang baik. Begitu pula sebaliknya. Lalu bagaimana dengan laki-laki yang buruk dan perempuan yang buruk? Jika yang baik-baik dapat yang baik-baik, maka bukankah sangat kasihan yang buruk-buruk dapat yang buruk-buruk?" tanya salah seorang sahabat dengan kritis kepada saya, maklum dia anak mahasiswa. Saya tahu, ayat yang dirujuk dalam pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:
"...Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin..."(QS. an-Nuur: 3)
"...Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)..."Mendengar pertanyaan ini saya mengerutkan dahi, setengah hidup saya berpikir kritis untuk memberikan penjelasan yang sejelas-jelasnya, tentu dengan gaya bahasa mahasiswa. Saya sejenak terdiam, dan otak saya membuka kembali file-file ketika saya memilih seorang perempuan yang akan menjadi bidadariku. Kenapa saya memilih dia? Padahal saya belum tahu bin kenal sama sekali, saya hanya tahu via cerita tentang dia. Dan juga, kembali saya mencermati dan mengamati makna kedua ayat yang dimaksud.(QS. an-Nuur: 26)
"Perhatikan bahwa pernyataan di dalam al-Qur'an yang kamu maksud itu tidak menyatakan bahwa laki-laki yang berzina HARUS tidak menikahi melainkan perempuan yang berzina. Jadi, hal ini bukanlah menunjukkan sebuah keharusan. Laki-laki yang baik pun TIDAK HARUS mendapatkan perempuan yang baik-baik pula." kataku memulai jawaban, "Sesungguhnya, pernyataan al-Qur'an tersebut menggambarkan kecenderungan manusia pada umumnya, dimana orang yang baik-baik itu memiliki kecenderungan untuk memilih (mendapatkan) orang yang baik-baik pula, begitu juga sebaliknya. Contohnya sederhana: seorang pemabuk akan lebih cenderung memilih orang yang suka mabuk juga sebagai teman, daripada memilih teman pergaulan dengan seorang yang suka berdakwah."
"Demikianlah Allah membuat kecenderungan pada diri makhluknya. Ada suatu nilai yang dapat merekatkan dua orang -yakni visi dan misi hidup, dimana nilai tersebut sama-sama disukai oleh kedua orang itu. Seorang perempuan hamilud dakwah (baik-baik) akan enggan atau bahkan (seringkali) tidak mau menerima pinangan seorang lelaki yang tidak ada perhatian sama sekali dengan dakwah, apalagi dengan lelaki yang bertato, atau pemabuk, atau suka berjudi, dan atau akhlak tercela lainnya. Dalam makna yang demikian inilah pernyataan di dalam al-Qur'an tersebut berbicara. Laki-laki yang baik biasanya akan berjodoh dengan perempuan yang baik pula; sedangkan perempuan pezina biasanya akan mendapatkan laki-laki pezina pula." kataku mengakhiri jawaban
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar