Pesonamu...

Begitu indah Namamu. Betapa megah pesonamu. Buat ku mimpi berlabuh dipelataran istanamu. Didetak degup hati tak menentu. Membaur dalam jiwa bertabur rindu. Setelah delapan puluh tahun berlalu, akan sejarah keemasan dan kejayaan yang telah lalu. Membalut dekap erat langkah citaku. Tenggelam dalam nikmatnya perjuangan akanmu.

Indah Pesonamu, dalam sandaran jiwa teguh dan tangguh. Megah Namamu, dalam lambaian hati para perindu.
…KHILAFAH…

Segala daya dan upaya yang bisa kulakukan, telah dan akan terus kulakukan untuk menyambut hadirmu. Buatlah aku jadi insan pemilik hati yang kian teguh dan tangguh untuk selalu dan selalu memperjuangkanmu, setelah merasakan (meski belum mengalami) betapa nikmatnya hidup dibawah naunganmu..

Engkau...
Dibalik kegagahanmu, coba hadir selalu, untuk selalu melindungi setiap insan yang hidup dalam pelukanmu. Sejarah mencatat:
Pada tahun 837, Khalifah al-Mutasim Billah dari keKHILAFAHan Abbasiyah menyahut seruan seorang budak muslimah yang konon berasal dari Bani Hasyim yang sedang berbelanja di pasar. Ia meminta pertolongan karena diganggu dan dilecehkan kaum Romawi. Kainnya dikaitkan ke paku sehingga ketika berdiri, terlihatlah sebagian auratnya. Wanita itu lalu berteriak memanggil nama Khalifah al-Mutashim Billah dengan lafadz yang legendaris "waa Mutashimaah!" yang juga berarti "di mana kau Mutashim, tolonglah aku!"

Setelah mendapat laporan mengenai pelecehan ini, maka sang Khalifah pun menurunkan puluhan ribu pasukan yang panjang barisannya tidak putus dari gerbang istana khalifah di kota Baghdad hingga kota Ammuriah (Turki) untuk menyerbu kota Ammuriah (Turki). Kota Ammuriah dikepung oleh tentara Muslim selama kurang lebih lima bulan hingga akhirnya takluk di tangan Khalifah al-Mu'tasim pada tanggal 13 Agustus 833 Masehi. Sebanyak 30.000 prajurit Romawi terbunuh dan 30.000 lainnya ditawan.  Pembelaan kepada muslimah ini sekaligus dimaksudkan oleh khalifah sebagai pembebasan Ammuriah dari jajahan Romawi.


Setelah menduduki kota tersebut, khalifah memanggil sang pelapor untuk ditunjukkan dimana rumah wanita tersebut, saat berjumpa dengannya ia mengucapkan "Wahai saudariku, apakah aku telah memenuhi seruanmu atasku?" Dan sang budak wanita ini pun dibebaskan oleh khalifah serta orang romawi yang melecehkannya dijadikan budak bagi wanita tersebut. Subhanallah...
Namun engkau telah tiada hari ini,
dan perlindungan semacam itu tak terbaca lagi hari ini,
sehingga saat ini;
rintihan dan tangisan muslimah meminta pertolongan tak berarti,
Nyaris tak berarti lagi.

Engkau...
Dibalik Kemegahanmu, coba hadir selalu, untuk selalu mengayomi setiap insan yang hidup dalam dekapanmu. Sejarah menulis:
Di era keKHALIFAHan Umayyah, Ibnu Abdil Hakam meriwayatkan bahwa Yahya bin Said, seorang petugas zakat masa itu berkata, "Saya pernah diutus Umar bin Abdul Aziz (Khalifah waktu itu) untuk memungut zakat ke Afrika. Setelah memungutnya, saya bermaksud memberikan kepada orang-orang miskin. Namun saya tidak menjumpai orang miskin seorangpun."

Karena begitu makmurnya rakyat waktu itu, pemerintah pun mengalihkan distribusi zakat ini ke pembayaran orang yang dililit utang-utang pribadi. Lagi-lagi kas negara masih lebih dari cukup dan memerintahnya lagi untuk memberikan biaya-biaya bagi rakyat yang ingin menikah, yang sebenarnya bukan tanggungan dari pemerintah. Subhanallah...
Namun engkau telah tiada hari ini,
dan pengayoman semacam itu tak terbaca lagi hari ini,
sehingga saat ini;
kemiskinan, pengangguran, dsb bukan hal yang tabu lagi
Nyaris tak tabu lagi.
Aku
Insan kecil penyukamu
Dalam ragu mendekap tubuhku
Susah tuk ku ungkap terburu
Semua rasa seakan beku
Kelu lidah membisu

Aku
Tanpa tepian jenuh selalu
Dalam jauh menatap selalu
Ulas senyum tanpa aling palsu
Tersungging elok akan kepastian hadirmu

Aku
Dalam bayang menunggu
Semua kan terjentik sang bayu
Beku takkan lagi beku
Jauh takkan lagi jauh
Terjernih tanpa ragu
Tuk pula kau pandang tanpa semu

Aku
Kan selalu berjuang untukmu
Berjuang tuk kehadiranmu
Di jantung kota pahlawan penuh rindu
Ku harap kan dapat menyaksikan kehadiranmu
Wahai Sahabatku, MAU?
* * * * *

Imam al-Juwaini, "Imamah (KHILAFAH) adalah kepemimpinan menyeluruh serta kepemimpinan yang berhubungan dengan urusan khusus dan umum dalam kaitannya dengan kemaslahatan-kemaslahatan agama dan dunia."
(Al-Juwaini, Ghiyâts al-Umam, hlm. 5)

Imam al-Mawardi, "Imamah (KHILAFAH) itu ditetapkan sebagai penggganti kenabian, yang digunakan untuk memelihara agama dan mengatur dunia."
(Al-Mawardi, Al-Ahkâm ash-Shulthâniyah, hlm. 5)
0 Responses

Posting Komentar

  • Berlangganan

    Sahabat yang ingin mutiara-mutiara ini langsung terkirim ke Email Sahabat, silahkan masukkan Email disini:

    Kacamata Dunia

    free counters