Untuk mereka para hamilud dakwah tapi masih gelisah
Untuk mereka yang setengah hidup istiqamah tapi masih gundah
Untuk mereka para pejuang syariah-khilafah tapi belum nikah
Untuk mereka yang setengah hidup istiqamah tapi masih gundah
Untuk mereka para pejuang syariah-khilafah tapi belum nikah
Jangankan lelaki biasa, nabi pun terasa sunyi tanpa wanita. Tanpa mereka, hati, pikiran, perasaan lelaki akan resah. Masih mencari walaupun sudah ada segala- galanya. Apalagi yang tidak ada di surga?, namun nabi Adam as. tetap merindukan Belahan Jiwa.
Kepada wanitalah lelaki memanggil ibu, istri atau puteri. Dijadikan mereka dari tulang rusuk yang bengkok untuk diluruskan oleh lelaki, tetapi kalau lelaki sendiri yang tidak lurus, tidak mungkin mampu hendak meluruskan mereka. Sehingga tak logis pula bila tulang yang bengkok menghasilkan bayang-bayang yang lurus, maksudnya adalah bila 'wanita tidak lurus' (tidak shalihah) melahirkan anak-anak, mereka tidak akan (bisa) mendidiknya menjadi anak-anak shalih-shalihah. Maka wajar bila wanita sejati (juga) punya selera dalam menerima sesosok lelaki yang akan menjadi imamnya.
Dalam hal ini saya teringat episode cantik dalam sejarah manusia, seorang wanita yang rela menukar cinta dan hatinya dengan Islam sebagai maharnya. Tatkala Rumaisha binti Milhan dengan suara lantang menjawab pinangan Abu Thalhah, seorang terpandang, kaya raya, dermawan dan ksatria: "Kusaksikan kepada engkau, hai Abu Thalhah, kusaksikan kepada Allah dan Rasul-Nya, sesungguhnya jika engkau Islam, aku rela engkau menjadi suamiku tanpa emas dan perak. Cukuplah Islam itu menjadi mahar bagiku !". Akhirnya tinta emas sejarah mencatatnya sebagai seorang ummu Sulaim yang mendidik anaknya, Anas bin Malik dan dirinya sebagai perawi hadits Rasulullah. Dikenal sebagai wanita yang ikut terjun langsung dalam berbagai pertempuran bersama Rasulullah. Dialah yang memberi pertolongan kepada para prajurit muslim dengan memberi makanan dan minuman, serta merawat mereka yang terluka. Bahkan bersama Abu Thalhah suaminya (hingga suaminya menjadi syahid), ia pernah bertempur langsung merebut senjata musuh untuk membentengi Rasulullah saw. Subhanallah... Allahu Akbar...
Kepada wanitalah lelaki memanggil ibu, istri atau puteri. Dijadikan mereka dari tulang rusuk yang bengkok untuk diluruskan oleh lelaki, tetapi kalau lelaki sendiri yang tidak lurus, tidak mungkin mampu hendak meluruskan mereka. Sehingga tak logis pula bila tulang yang bengkok menghasilkan bayang-bayang yang lurus, maksudnya adalah bila 'wanita tidak lurus' (tidak shalihah) melahirkan anak-anak, mereka tidak akan (bisa) mendidiknya menjadi anak-anak shalih-shalihah. Maka wajar bila wanita sejati (juga) punya selera dalam menerima sesosok lelaki yang akan menjadi imamnya.
Dalam hal ini saya teringat episode cantik dalam sejarah manusia, seorang wanita yang rela menukar cinta dan hatinya dengan Islam sebagai maharnya. Tatkala Rumaisha binti Milhan dengan suara lantang menjawab pinangan Abu Thalhah, seorang terpandang, kaya raya, dermawan dan ksatria: "Kusaksikan kepada engkau, hai Abu Thalhah, kusaksikan kepada Allah dan Rasul-Nya, sesungguhnya jika engkau Islam, aku rela engkau menjadi suamiku tanpa emas dan perak. Cukuplah Islam itu menjadi mahar bagiku !". Akhirnya tinta emas sejarah mencatatnya sebagai seorang ummu Sulaim yang mendidik anaknya, Anas bin Malik dan dirinya sebagai perawi hadits Rasulullah. Dikenal sebagai wanita yang ikut terjun langsung dalam berbagai pertempuran bersama Rasulullah. Dialah yang memberi pertolongan kepada para prajurit muslim dengan memberi makanan dan minuman, serta merawat mereka yang terluka. Bahkan bersama Abu Thalhah suaminya (hingga suaminya menjadi syahid), ia pernah bertempur langsung merebut senjata musuh untuk membentengi Rasulullah saw. Subhanallah... Allahu Akbar...
Malam ramah tak terjamah rasa
Heningpun seakan beraroma
Bersahut salam dingin menyapa
Berdenyut nadi ke ujung gemigil kata
Hantarkan kita mengingat semua
Penggal – penggal cerita dipilar kisah agung akannya
Sosok Rumaisha yang menukar cinta dengan Agama
Sosok Sumayyah yang menggadai nyawa dengan surga
Sosok Khadijah yang memilih Muhammad karena integritasnya
Dan sosok-sosok agung yang tak terlupa
Wanita (juga) punya selera
Bukan Harta-Tahta, tetapi Agama dengan segala loyalitasnya
Bukan Raga-Rupa, tetapi Surga dengan segala konsekuensinya
"Allahumma inni as-aluka hubbaka wa hubba man yuhibbuka wal ‘amala alladzi yubalighuni ilaa hubbika. Allahummaj’al habbaka ahabbu ilayya min nafsii wa ahlii waminal maail baarid"
(Yaa Allah... Sesungguhnya aku memohon cinta-Mu dan cinta orang-orang yang mencintai-Mu dan amal yang menyampaikanku pada cinta-Mu. Yaa Allah... Jadikanlah cintaku kepada-Mu lebih aku cintai daripada diriku, keluargaku dan air yang sejuk/dingin (harta).(HR. Imam Tirmidzi)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar