Cinta begitu indah hiasi taman hati
Seperti tulip, mawar dan melati
Perindah kebun dengan irama harmoni
Harmoni sukacita-dukaderita dalam simpul takdir Ilahi
Yang mengunjungi nurani silih berganti
Seperti tulip, mawar dan melati
Perindah kebun dengan irama harmoni
Harmoni sukacita-dukaderita dalam simpul takdir Ilahi
Yang mengunjungi nurani silih berganti
Pada suatu hari sepasang suami istri sedang makan bersama di rumahnya. Tiba-tiba pintu rumahnya diketuk seorang pengemis. Melihat keadaan pengemis itu, si istri merasa terharu dan dia bermaksud hendak memberikan sesuatu. Tetapi –sebelumnya- sebagai wanita shalihah yang patuh kepada suami, dia meminta izin terlebih dahulu kepada suaminya, “Wahai Suamiku, bolehkah aku memberi makanan atau uang kepada pengemis itu ?”. Rupanya sang suami memiliki karakter berbeda dengannya. Dengan suara lantang dan kasar suaminya menjawab, “Tidak usah! usir saja dia, dan tutup kembali pintunya!”. Si istri terpaksa tidak memberikan apa-apa kepada pengemis tadi, sehingga dia(pengemis) berlalu dengan kecewa.
Pada suatu hari yang naas, bisnis sang suami kolaps/bangkrut. Kekayaannya habis dan ia dililit banyak hutang. Selain itu, karena ketidakcocokan sifat dengan sang suami, rumah tangganya menjadi berantakan hingga berujung pada perceraian. Tidak lama sesudah lewat masa iddahnya, wanita shalihah itu menikah lagi dengan seorang pedagang di kota dan hidup bahagia. Pada suatu ketika dia sedang makan dengan suaminya(yang baru), tiba-tiba ia mendengar pintu rumahnya diketuk orang. Setelah pintunya dibuka ternyata tamu tak diundang itu adalah seorang pengemis yang sangat mengharukan hatinya. Maka dia berkata kepada suaminya, “Wahai suamiku, bolehkah aku memberikan sesuatu kepada pengemis ini?”. Sang suami menjawab, “Berikanlah makan atau apa yang engkau hendaki pada pengemis itu!!”.
Setelah memberi makanan dan sejumlah uang kepada pengemis itu, si istri masuk ke dalam rumah dan langsung memeluk suaminya dari belakang sambil menangis. Suaminya dengan perasaan heran bertanya kepadanya, “Mengapa engkau menangis? apakah engkau menangis karena aku mengizinkanmu untuk memberikan sesuatu –terserah kamu- kepada pengemis itu?”. Si istri menggeleng halus, lalu berkata dengan nada haru dan sedih, “Wahai suamiku, aku sedih dan terharu dengan perjalanan takdir yang sungguh menakjubkan hatiku. Tahukah engkau, siapakah pengemis yang ada diluar itu tadi? Dia adalah suamiku yang pertama dulu.”
Mendengar keterangan istrinya demikian, sang suami sedikit terkejut. Lalu dia merubah posisi tubuhnya hingga berhadapan dengan istrinya -tanpa melepaskan pelukannya. Dan segera dia balik bertanya, “Dan engkau, istriku. Tahukah, siapa aku yang kini menjadi suamimu ini?". Lagi-lagi istrinya menggeleng lembut di dadanya, lalu dia mendongakkan kepala istrinya. Dengan linangan air mata di masing-masing sudut matanya, dia mengecup kening istrinya dan kemudian berkata, “Aku adalah pengemis yang dulu diusirnya!!”
Pada suatu hari yang naas, bisnis sang suami kolaps/bangkrut. Kekayaannya habis dan ia dililit banyak hutang. Selain itu, karena ketidakcocokan sifat dengan sang suami, rumah tangganya menjadi berantakan hingga berujung pada perceraian. Tidak lama sesudah lewat masa iddahnya, wanita shalihah itu menikah lagi dengan seorang pedagang di kota dan hidup bahagia. Pada suatu ketika dia sedang makan dengan suaminya(yang baru), tiba-tiba ia mendengar pintu rumahnya diketuk orang. Setelah pintunya dibuka ternyata tamu tak diundang itu adalah seorang pengemis yang sangat mengharukan hatinya. Maka dia berkata kepada suaminya, “Wahai suamiku, bolehkah aku memberikan sesuatu kepada pengemis ini?”. Sang suami menjawab, “Berikanlah makan atau apa yang engkau hendaki pada pengemis itu!!”.
Setelah memberi makanan dan sejumlah uang kepada pengemis itu, si istri masuk ke dalam rumah dan langsung memeluk suaminya dari belakang sambil menangis. Suaminya dengan perasaan heran bertanya kepadanya, “Mengapa engkau menangis? apakah engkau menangis karena aku mengizinkanmu untuk memberikan sesuatu –terserah kamu- kepada pengemis itu?”. Si istri menggeleng halus, lalu berkata dengan nada haru dan sedih, “Wahai suamiku, aku sedih dan terharu dengan perjalanan takdir yang sungguh menakjubkan hatiku. Tahukah engkau, siapakah pengemis yang ada diluar itu tadi? Dia adalah suamiku yang pertama dulu.”
Mendengar keterangan istrinya demikian, sang suami sedikit terkejut. Lalu dia merubah posisi tubuhnya hingga berhadapan dengan istrinya -tanpa melepaskan pelukannya. Dan segera dia balik bertanya, “Dan engkau, istriku. Tahukah, siapa aku yang kini menjadi suamimu ini?". Lagi-lagi istrinya menggeleng lembut di dadanya, lalu dia mendongakkan kepala istrinya. Dengan linangan air mata di masing-masing sudut matanya, dia mengecup kening istrinya dan kemudian berkata, “Aku adalah pengemis yang dulu diusirnya!!”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar