Sobat Mutiara Hati yang dimuliakan Allah, jangan pernah berharap cobaan, ujian, rintangan, hambatan, masalah, kesulitan, atau apapun namanya, berhenti menghampiri. Sebab hidup ini adalah ruang dan masa cobaan berlangsung. Oleh karenanya, kehidupan cinta kita pasti dihampiri oleh cobaan. Selalu, susul menyusul tak pernah berhenti.
Namun keteguhan hati pecinta sejati jauh lebih kuat dari setiap ombak yang datang bagaikan sebuah benteng kokoh nan tinggi yang mengelilingi prasasti cinta. Keteguhan hati melahirkan ketulusan hati, ketulusan hati melahirkan kelembutan hati, dan kelembutan hati melahirkan kehalusan hati. Lalu, kehalusan hati melahirkan kesetiaan, kesetiaan untuk mendampingi belahan jiwa dalam setiap gelombang kesulitan, kesetiaan untuk turut mengambil porsi duka yang menimpa, dan kesetiaan untuk tetap saling mencintai hingga bertemu kembali di surga Ilahi.
Sobat, bukan lagi dua hati, jika cinta sejati telah merasuk sempurna. Musibahnya adalah musibah kita. Tangisnya adalah tangis tangis kita. Kesedihannya adalah kesedihan kita. Duka lara yang melingkupinya, adalah duka lara yang melingkupi kita. Semua terjadi begitu saja. Secara alami. Sebab cinta telah meleburkan dua hati menjadi satu. Cinta selalu memberi isyarat halus kepada kita. Jika hati kita telah menggenggam cinta, dan cinta memeluk kita, maka isyarat kesedihan belahan jiwa kita selalu mudah kita baca. Bahkan sebelum air mata pertama belahan jiwa kita menetes, kedua pipi kita telah basah oleh air mata cinta. Semua terjadi begitu saja. Ya, begitu saja...
Cinta tak lain sebuah prasasti,
Yang terbangun di pinggir pantai prahara duniawi.
Satu hal yang membuatnya tetap kokoh berdiri,
Ialah keteguhan hati tuk selalu setia mencintai.
Yang terbangun di pinggir pantai prahara duniawi.
Satu hal yang membuatnya tetap kokoh berdiri,
Ialah keteguhan hati tuk selalu setia mencintai.
Namun keteguhan hati pecinta sejati jauh lebih kuat dari setiap ombak yang datang bagaikan sebuah benteng kokoh nan tinggi yang mengelilingi prasasti cinta. Keteguhan hati melahirkan ketulusan hati, ketulusan hati melahirkan kelembutan hati, dan kelembutan hati melahirkan kehalusan hati. Lalu, kehalusan hati melahirkan kesetiaan, kesetiaan untuk mendampingi belahan jiwa dalam setiap gelombang kesulitan, kesetiaan untuk turut mengambil porsi duka yang menimpa, dan kesetiaan untuk tetap saling mencintai hingga bertemu kembali di surga Ilahi.
Usap jiwa pecinta dari setiap peluh,
Seka tetes-tetes kesedihan yang melahirkan keluh,
Lalu membawanya ke tempat teduh,
Jauh dari bising prahara dan nestapa yang riuh.
Seka tetes-tetes kesedihan yang melahirkan keluh,
Lalu membawanya ke tempat teduh,
Jauh dari bising prahara dan nestapa yang riuh.
Sobat, bukan lagi dua hati, jika cinta sejati telah merasuk sempurna. Musibahnya adalah musibah kita. Tangisnya adalah tangis tangis kita. Kesedihannya adalah kesedihan kita. Duka lara yang melingkupinya, adalah duka lara yang melingkupi kita. Semua terjadi begitu saja. Secara alami. Sebab cinta telah meleburkan dua hati menjadi satu. Cinta selalu memberi isyarat halus kepada kita. Jika hati kita telah menggenggam cinta, dan cinta memeluk kita, maka isyarat kesedihan belahan jiwa kita selalu mudah kita baca. Bahkan sebelum air mata pertama belahan jiwa kita menetes, kedua pipi kita telah basah oleh air mata cinta. Semua terjadi begitu saja. Ya, begitu saja...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar